Alasan timbulnya tawuran warga disetiap daerah
di Indonesia
Tawuran Warga
Daerah Dengan Berbagai Alasan Di INDONESIA
Tawuran memiliki makna yang sama dengan
kerusuhan, perkelahian, keributan, kericuhan dan
lain sebagainya. Tawuran belakangan
ini marak terjadi di mana-mana. Di Jakarta contoh kasus tawuran antar
warga ialah di Johar Baru yaitu antar warga
Tanah Tinggi dengan warga Kampung Rawa,
dengan penyebab yang sangat bervariasi.
Dari persoalan kecil sampai persoalan
besar. Tawuran antar warga dalam banyak kasus sering
menimbulkan korban nyawa, luka-luka dan
kerusakan harta benda. Akan tetapi, emosi
masyarakat sering kali tidak bisa dibendung karena
berlaku teori kerumunan massa, dimana emosi
masyarakat menyatu sehingga emosi membara-bara dan hilang akal
sehat. Kelompok kecil yang dominan pada
saat terjadi tawuran, akan memengaruhi dan
memberi dorongan sugestif kepada kelompok
masyarakat yang berkerumun sehingga tawuran
sulit dikendalikan.
Penyebab Tawuran
Setidaknya terdapat dua faktor penyebab
tawuran:
>>>Pertama,
faktor internal.
Penyebab tawuran yang bersifat internal bisa perseorangan yang
tidak bisa menyesuaikan diri pada
lingkungannya, tapi bisa juga satu
keluarga yang tidak bisa adaptatif pada
lingkungannya. Kasus tawuran antar
warga, ada yang disebabkan pribadi dalam keluarga.
Suami isteri, tidak bahagia suka konflik menyebabkan
anak-anaknya kehilangan jatidiri dan menjadi bengal (bandel)
yaitu tidak mengindahkan nasihat orang tua, keras kepala,
dansuka melawan orang tua. Itu terjadi karena orang tua tidak dapat
menjadi contoh teladan dalam hidup berumah tangga.
Akibatnya, anak-anak suka membuat gara-gara dirumah,
ditetangga dan lingkungannya.
Tawuran Warga atau
Pelajar Bukti Gagalnya Pendidikan Akhlak
Kalau anak-anak membuat gara-gara di rumah,
dampaknegatifnya hanya menimbulkan rusuh dan ribut di rumahtangga.
Akan tetapi, kalau membuat gara-gara di luar rumahmisalnya di
tetangga atau dilingkungan pergaulannya, bisamembuat kacau karena
kalau tetangga menegur danmemprotes dan melakukan tindakan
penghentian atas gara-gara yang diciptakan, maka pihak yang
bersangkutan bisamelakukan perlawanan. Apalagi kalau membuat
gara-garadilingkungan antar pergaulannya, bisa timbul solidaritas
dariteman-teman yang bengal.
>>>Kedua,
faktor eksternal.
Faktor eksternal bisa penyebabnya macam-macam seperti:
Faktor
lingkungan.
Faktor lingkungan sangat memengaruhi
prilaku setiap orang. Lingkungan padat, kumuh dan miskin
(padkumis) misalnya, bisa menyebabkan warga cepat
emosional dan marah.
Faktor pengangguran.
Warga yang tidak ada pekerjaan (menganggur)
berpotensimelakukan banyak masalah sebab mereka banyak waktuluang.
Waktu lapang khususnya di lingkungan padat, kumuhdan miskin
(Padkumis) mudah disulut dengan berbagai isudan persoalan
untukmelakukan tawuran.
Faktor kemiskinan.
Masyarakat miskin yang tinggal di kawasan padat
dan kumuh, dengan mudah bisa disulut untuk
melakukan tawuran. Tempat tinggal mereka yang sempit dan
dihuni banyak orang, disiang hari terasa panas dan
menyengat, menyebabkan mereka temperamental dan
mudah marah. Persoalan kecil saja bisa menjadi pemicu
terjadinya tawuran. Apalagi kalau ada yang mendanai
kegiatan tawuran.
Tawuran Bisa Disebabkan Pengangguran dam
Kemiskinan
Rebutan lahan ekonomi.
Konflik antar warga yang paling sering terjadi
adalah perebutan sumber ekonomi misalnya
yang terjadi di Taman Palem, Jalan Kamal
Raya, Cingkareng. Lahan kosong seluas hampir
dua kali lapangan sepak bola tiba-tiba dijaga salah
satu kelompok yang mau kuasai lahan tersebut sehingga
menimbulkan reaksi pihak lain. Akibatnya terjadi tawuran
antar warga (Detik News, 29/9/2012).
Penjualan Narkoba.
Dalam kasus tawuran di Johar Baru, ditengarai
atau diduga dibalik tawuran ada penjualan
Narkoba. Tawuran sengaja
disulut untuk mengalihkan perhatian aparat supaya
penjualan Narkoba bisa lebih leluasa
dilakukan oleh para pelaku.
Tawuran Bisa Disebabkan Rebutan Lahan Parkir
(Ekonomi)
Tawuran untuk Alihkan Perhatian Penjualan
Narkoba
Hilangkan Tawuran.
Tawuran hanya merupakan akibat dari
persoalan besar yang dihadapi warga.
Cara memecahkan tawuran, paling tidak harus
dilakukan tiga hal:
Pertama, teliti akar masalah yang
menjadipenyebab terjadinya tawuran.
Kedua, pecahkan akar masalah
tawuran. Kalau masalah ekonomi penyebabnya
misalnya pengangguran dan kemiskinan, harus diatasi
dan dipecahkan.
Ketiga, ajak warga untuk berpartisipasi
memecahkan persoalan yang menjadi penyebab
terjadinya tawuran.
Cegah Tawuran.
Mencegah lebih baik dan mudah ketimbang
mengobati.
Oleh karena
itu, sebelum terjadi tawuran, sebaiknya dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
Pertama, lakukan deteksi dini Pemerintah
sudah harus memiliki peta sosiologis dan
kawasan yang berpotensi rawan konflik.
Kedua, lakukan pembinaan berkelanjutan
terhadap kelompok-kelompok masyarakat yang berpotensi melakukan
tawuran.
Ketiga, ajak tokoh masyarakat, tokoh
agama dan pemimpin informal untuk
berpartisipasi menjaga keamanan dan ketertiban
dikawasan rawan tawuran.
Keempat, jalin kerjasama kepolisian,
TNI, pemerintah daerah dan aparat intelejen
harus ditingkatkan dengan secara berkala membuat
perkiraan keadaan (Kirka).
Kesimpulan.
Tawuran merupakan bahaya laten dalam
masyarakat yang setiap saat bisa muncul terutama
menjelang dan pada saat ada peristiwa politik
seperti pemilukada. Untuk
menghilangkan terjadinya tawuran, maka kenali
penyebab tawuran melalui penelitian. Kemudian
pecahkan akar masalahnya dan ajak tokoh-tokoh
masyarakat, agama dan pemimpin informal
untuk berperan dalam memecahkan tawuran.
Untuk meminimalisir terjadinya tawuran,
maka harus dilakukan lima hal yaitu deteksi dini, lakukan
pembinaan berkelanjutan, ajak para tokoh
masyarakat, agama dan pemimpin informal untuk
berpatisipasi menjaga keamanan. Terakhir, harus
ditingkatkan kerjasama Kepolisian, TNI dan Pemerintah
Daerah dan memaksimalkan kerja intelejen untuk
melakukan deteksi dini. Pecahkan penyebab tawuran
secara bertahap dan berkesinambungan.
Pengendalian
Sosial
Pengendalian sosial adalah
merupakan suatu mekanisme untuk mencegah penyimpangan sosial serta
mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap
sesuai norma dan nilai yang berlaku. Dengan adanya pengendalian
sosial yang baik diharapkan mampu meluruskan anggota masyarakat yang
berperilaku menyimpang atau membangkang.
Pengertian pengendalian sosial menurut para
sosiolog, antara lain sebagai berikut:
Bruce J. Cohen
Pengendalian sosial adalah cara-cara atau
metode yang digunakan untuk mendorong seseorang agar berperilaku
selaras dengan kehendak kelompok atau masyarakat luas tertentu.
Horton
Pengendalian sosial adalah segenap cara dan
proses yang ditempuh oleh sekelompok orang atau masyarakat, sehingga
para anggotanya dapat bertindak sesuai harapan kelompok atau
masyarakat.
Joseph S. Roucek
Pengendalian sosial adalah suatu istilah
kolektif yang mengacu pada proses terencana ataupun tidak terencana
yang mengajarkan, membujuk atau memaksa individu untuk menyesuaikan
diri dengan kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai kelompok.
Peter L. Berger
Pengendalian sosial adalah berbagai cara
yang digunakan oleh masyarakat untuk menertibkan anggota-anggotanya
membangkang.
Rifhi Siddiq
Pengendalian sosial adalah suatu cara maupun
metode yang dilakukan kepada individu ataupun kelompok agar perilaku
dan tindakannya sesuai dengan nilai dan norma sosial yang dianut
masyarakat tersebut.
Soetandyo Wignyo Subroto
Pengendalian sosial adalah sanksi, yaitu
suatu bentuk penderitaan yang secara sengaja diberikan oleh
masyarakat.
Dari beberapa definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa pengendalian sosial adalah proses yang digunakan
oleh seseorang atau kelompok untuk memengaruhi, mengajak, bahkan
memaksa individu atau masyarakat agar berperilaku sesuai dengan norma
dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, sehingga tercipta
ketertiban di masyarakat.
Macam-Macam Pengendalian Sosial
Berdasarkan Sifat
Berdasarkan sifat, pengendalian sosial
dapat dibedakan menjadi tiga, berikut ini:
Tindakan Preventif
Pengendalian sosial yang bertujuan untuk
melakukan tindakan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya
pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma sosial. Contohnya, guru
menasihati murid agar tidak terlambat datang ke sekolah.
Tindakan Represif
Pengendalian sosial yang bertujuan untuk
mengembalikan keserasian yang pernah terganggu karena terjadinya
suatu pelanggaran dengan cara menjatuhkan sanksi sesuai dengan
pelanggaran yang dilakukan. Contohnya, sanksi skors diberikan kepada
siswa yang sering melanggar peraturan.
Tindakan Kuratif
Pengendalian sosial bersifat kuratif adalah
pengendalian sosial yang dilakukan pada saat terjadi penyimpangan
sosial. Contohnya, seorang guru menegur dan menasihati siswanya
karena ketahuan menyontek pada saat ulangan.
Berdasarkan Cara atau Perlakuan
Pengendalian Sosial:
Tindakan Persuasif
Pengendalian sosial yang dilakukan tanpa
kekerasan misalnya melalui cara mengajak, menasihati atau membimbing
anggota masyarakat agar bertindak sesuai dengan nilai dan norma
masyarakat. Cara ini dilakukan melalui lisan atau simbolik. Contoh
pengendalian sosial melalui lisan yaitu dengan mengajak orang menaati
nilai dan norma dengan berbicara langsung menggunakan bahasa lisan,
sedang pengendalian secara simbolik dapat menggunakan tulisan,
spanduk dan iklan layanan masyarakat. Contoh pengendalian sosial
persuasif secara lisan adalah seorang ibu menasehati anaknya yang
akan pergi ke sekolah agar tidak terlibat tawuran atau melakukan
perbuatan yang tidak sesuai nilai dan norma. Sedang contoh cara
pengendalian sosial simbolik misalnya pemerintah daerah menghimbau
masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungan, cara yang dilakukan
pemerintah daerah dengan memasang spanduk di tempat tertentu yang
dapat dibaca oleh masyarakat.
Tindakan Koersif
Pengendalian sosial yang dilakukan dengan
menggunakan paksaan atau kekerasan, baik secara kekerasan fisik atau
pun psikis. Contoh pengendalian sosial koersif adalah penertiban
pedagang kaki lima di trotoar jalan yang dilakukan oleh satuan polisi
pamong praja atau Satpol PP dengan cara membongkar dan merusak tempat
berniaga dan mengangkut barang-barang milik pedagang. Sehingga timbul
kerusuhan bahkan ada yang menimbulkan korban jiwa. Contoh lain
pengendalian sosial dengan cara koersif adalah hukuman penjara,
denda, pengusiran atau pengucilan. Pengendalian sosial koersif
sebaiknya merupakan langkah terakhir yang digunakan untuk
mengendalikan perilaku menyimpang karena seringkali menimbulkan
reaksi negatif.
Berdasarkan Pelaku Pengendalian Sosial:
Pengendalian pribadi
Yaitu pengaruh yang
datang dari orang atau tokoh tertentu (panutan). Pengaruh ini dapat
bersifat baik atau pun buruk.
Pengendalian institusional
Yaitu pengaruh yang
ditimbulkan dari adanya suatu institusi atau lembaga. Pola perilaku
lembaga tersebut tidak hanya mengawasi para anggota lembaga itu saja,
akan tetapi juga mengawasi dan berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat di sekitar lembaga tersebut berada. Misalnya kehidupan
para santri di pondok pesantren akan mengikuti aturan, baik dalam hal
pakaian, tutur sapa, sikap, pola pikir, pola tidur, dan sebagainya.
Dalam hal ini, pengawasan dan pengaruh dari pondok pesantren tersebut
tidak hanya terbatas pada para santrinya saja, namun juga kepada
masyarakat di sekitar pondok pesantren.
Pengendalian resmi
Yaitu pengendalian
atau pengawasan sosial yang dilakukan oleh lembaga resmi negara
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan sanksi yang
jelas dan mengikat. Pengendalian resmi dilakukan oleh aparat negara,
seperti kepolisian, satpol PP, kejaksaan, ataupun kehakiman untuk
mengawasi ketaatan warga masyarakat terhadap hukum yang telah
ditetapkan.
Pengendalian tidak resmi
Yaitu pengendalian
atau pengawasan sosial yang dilakukan tanpa rumusan aturan yang jelas
atau tanpa sanksi hukum yang tegas. Meskipun demikian, pengendalian
tidak resmi juga memiliki efektivitas dalam mengawasi atau
mengendalikan perilaku masyarakat. Hal ini dikarenakan sanksi yang
diberikan kepada pelaku penyimpangan berupa sanksi moral dari
masyarakat lain, misalnya dikucilkan atau bahkan diusir dari
lingkungannya. Pengendalian tidak resmi dilakukan oleh tokoh
masyarakat, tokoh adat, ataupun tokoh agama yang memiliki kharisma
dan dipandang sebagai panutan masyarakat.
Bentuk-Bentuk Pengendalian
Sosial
Banyak sekali bentuk-bentuk pengendalian sosial
yang dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah terjadinya perilaku
menyimpang.
Gosip
Gosip sering juga diistilahkan dengan
desas-desus. Gosip merupakan memperbincangkan perilaku negatif yang
dilakukan oleh seseorang tanpa didukung oleh fakta yang jelas. Gosip
tidak dapat diketahui secara terbuka, terlebih-lebih oleh orang yang
merupakan objek gosip. Namun demikian gosip dapat menyebar dari mulut
ke mulut sehingga hampir seluruh anggota masyarakat tahu dan terlibat
dalam gosip. Misalnya gosip tentang perselingkuhan yang dilakukan
oleh Si A dengan Si B. gosip seperti ini dalam waktu singkat akan
segera menyebar. Warga masyarakat yang telah mendengar gosip tertentu
akan terpengaruh dan bersikap sinis kepada orang yang digosipkan.
Karena sifatnya yang laten, biasanya orang sangat menjaga agar tidak
menjadi objek gosip.
Teguran
Teguran biasanya dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang terhadap seseorang atau sekelompok orang yang
dianggap melanggar etika dan/atau mengganggu kenyamanan warga
masyarakat. Teguran merupakan kritik sosial yang dilakukan secara
langsung dan terbuka sehingga yang bersangkutan segera menyadari
kekeliruan yang telah diperbuat. Di dalam tradisi masyarakat kita
teguran merupakan suatu hal yang tidak aneh lagi. Misalnya teguran
terhadap sekelompok pemuda yang begadang sampai larut malam sambil
membuat kegaduhan yang mengganggu ketentraman warga yang sedang
tidur, teguran yang dilakukan oleh guru kepada pelajar yang sering
meninggalkan pelajaran, dan lain sebagainya.
Sanksi/Hukuman
Pada dasarnya sanksi atau hukuman merupakan
imbalan yang bersifat negatif yang diberikan kepada seseorang atau
sekelompok orang yang dianggap telah melakukan perilaku menyimpang.
Misalnya pemecatan yang dilakukan terhadap polisi yang terbukti telah
mengkonsumsi dan mengedarkan narkoba, dan lain sebagainya. Adapun
manfaat dari sanksi atau hukuman antara lain adalah:
(1) untuk menyadarkan seseorang atau sekelompok
orang terhadap penyimpangan yang telah dilakukan sehingga tidak akan
mengulanginya lagi, dan
(2) sebagai peringatan kepada warga masyarakat
lain agar tidak melakukan penyimpangan.
Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan
oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang
atau sekelompok orang agar mencapai taraf kedewasaan. Melalui
pendidikanlah seseorang mengetahui, memahami, dan sekaligus
mempraktekkan sistem nilai dan sistem norma yang berlaku di
tengah-tengah masyarakat.
Agama
Agama mengajarkan kepada seluruh umat manusia
untuk menjaga hubungan baik antara manusia dengan sesama manusia,
antara manusia dengan makhluk lain, dan antara manusia dengan Tuhan
Yang Maha Esa. Hubungan yang baik dapat dibina dengan
menjalankan segala perintah Tuhan dan sekaligus menjauhi
segala larangan-Nya. Melalui agama ditanamkan keyakinan bahwa
melaksanakan perintah Tuhan merupakan perbuatan baik yang akan
mendatangkan pahala. Sebaliknya, melanggar larangan Tuhan merupakan
perbuatan dosa yang akan mendatangkan siksa. Dengan keyakinan seperti
ini, maka agama memegang peranan yang sangat penting dalam mengontrol
perilaku kehidupan manusia.
Sumber:
UNIVERSITAS
GUNADARMA DEPOK
TEKNIK
INFORMATIKA ‘12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar