Jumat, 31 Mei 2013

Alasan Timbulnya Tawuran Warga Disetiap Daerah di Indonesia

Alasan timbulnya tawuran warga disetiap daerah di Indonesia

Tawuran Warga Daerah Dengan Berbagai Alasan Di INDONESIA

Tawuran memiliki makna yang sama dengan kerusuhan, perkelahian, keributan, kericuhan dan lain sebagainya. Tawuran belakangan ini marak terjadi di mana-mana. Di Jakarta contoh kasus tawuran antar warga ialah di Johar Baru yaitu antar warga Tanah Tinggi dengan warga Kampung Rawa, dengan penyebab yang sangat bervariasi. Dari persoalan kecil sampai persoalan besar. Tawuran antar warga dalam banyak kasus sering menimbulkan korban nyawa, luka-luka dan kerusakan harta benda. Akan tetapi, emosi masyarakat sering kali tidak bisa dibendung karena berlaku teori kerumunan massa, dimana emosi masyarakat menyatu sehingga emosi membara-bara dan hilang akal sehat. Kelompok kecil yang dominan pada saat terjadi tawuran, akan memengaruhi dan memberi dorongan sugestif kepada kelompok masyarakat yang berkerumun sehingga tawuran sulit dikendalikan.

Penyebab Tawuran

Setidaknya terdapat dua faktor penyebab tawuran:
>>>Pertama, faktor internal. Penyebab tawuran yang bersifat internal bisa perseorangan yang tidak bisa menyesuaikan diri pada lingkungannya, tapi bisa juga satu keluarga yang tidak bisa adaptatif pada lingkungannya. Kasus tawuran antar warga, ada yang disebabkan pribadi dalam keluarga. Suami isteri, tidak bahagia suka konflik menyebabkan anak-anaknya kehilangan jatidiri dan menjadi bengal (bandel) yaitu tidak mengindahkan nasihat orang tua, keras kepala, dansuka melawan orang tua. Itu terjadi karena orang tua tidak dapat menjadi contoh teladan dalam hidup berumah tangga. Akibatnya, anak-anak suka membuat gara-gara dirumah, ditetangga dan lingkungannya.

Tawuran Warga atau Pelajar Bukti Gagalnya Pendidikan Akhlak
Kalau anak-anak membuat gara-gara di rumah, dampaknegatifnya hanya menimbulkan rusuh dan ribut di rumahtangga. Akan tetapi, kalau membuat gara-gara di luar rumahmisalnya di tetangga atau dilingkungan pergaulannya, bisamembuat kacau karena kalau tetangga menegur danmemprotes dan melakukan tindakan penghentian atas gara-gara yang diciptakan, maka pihak yang bersangkutan bisamelakukan perlawanan. Apalagi kalau membuat gara-garadilingkungan antar pergaulannya, bisa timbul solidaritas dariteman-teman yang bengal.

>>>Kedua, faktor eksternal. Faktor eksternal bisa penyebabnya macam-macam seperti:
Faktor lingkungan.
Faktor lingkungan sangat memengaruhi prilaku setiap orang. Lingkungan padat, kumuh dan miskin (padkumis) misalnya, bisa menyebabkan warga cepat emosional dan marah.
Faktor pengangguran.
Warga yang tidak ada pekerjaan (menganggur) berpotensimelakukan banyak masalah sebab mereka banyak waktuluang. Waktu lapang khususnya di lingkungan padat, kumuhdan miskin (Padkumis) mudah disulut dengan berbagai isudan persoalan untukmelakukan tawuran.
Faktor kemiskinan.
Masyarakat miskin yang tinggal di kawasan padat dan kumuh, dengan mudah bisa disulut untuk melakukan tawuran. Tempat tinggal mereka yang sempit dan dihuni banyak orang, disiang hari terasa panas dan menyengat, menyebabkan mereka temperamental dan mudah marah. Persoalan kecil saja bisa menjadi pemicu terjadinya tawuran. Apalagi kalau ada yang mendanai kegiatan tawuran.

Tawuran Bisa Disebabkan Pengangguran dam Kemiskinan
Rebutan lahan ekonomi.
Konflik antar warga yang paling sering terjadi adalah perebutan sumber ekonomi misalnya yang terjadi di Taman Palem, Jalan Kamal Raya, Cingkareng. Lahan kosong seluas hampir dua kali lapangan sepak bola tiba-tiba dijaga salah satu kelompok yang mau kuasai lahan tersebut sehingga menimbulkan reaksi pihak lain. Akibatnya terjadi tawuran antar warga (Detik News, 29/9/2012).
Penjualan Narkoba.
Dalam kasus tawuran di Johar Baru, ditengarai atau diduga dibalik tawuran ada penjualan Narkoba. Tawuran sengaja disulut untuk mengalihkan perhatian aparat supaya penjualan Narkoba bisa lebih leluasa dilakukan oleh para pelaku.

Tawuran Bisa Disebabkan Rebutan Lahan Parkir (Ekonomi)
Tawuran untuk Alihkan Perhatian Penjualan Narkoba

Hilangkan Tawuran.
Tawuran hanya merupakan akibat dari persoalan besar yang dihadapi warga.

Cara memecahkan tawuran, paling tidak harus dilakukan tiga hal:
Pertama, teliti akar masalah yang menjadipenyebab terjadinya tawuran.
Kedua, pecahkan akar masalah tawuran. Kalau masalah ekonomi penyebabnya misalnya pengangguran dan kemiskinan, harus diatasi dan dipecahkan.
Ketiga, ajak warga untuk berpartisipasi memecahkan persoalan yang menjadi penyebab terjadinya tawuran.

Cegah Tawuran.
Mencegah lebih baik dan mudah ketimbang mengobati.

Oleh karena itu, sebelum terjadi tawuran, sebaiknya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Pertama, lakukan deteksi dini Pemerintah sudah harus memiliki peta sosiologis dan kawasan yang berpotensi rawan konflik.
Kedua, lakukan pembinaan berkelanjutan terhadap kelompok-kelompok masyarakat yang berpotensi melakukan tawuran.
Ketiga, ajak tokoh masyarakat, tokoh agama dan pemimpin informal untuk berpartisipasi menjaga keamanan dan ketertiban dikawasan rawan tawuran.
Keempat, jalin kerjasama kepolisian, TNI, pemerintah daerah dan aparat intelejen harus ditingkatkan dengan secara berkala membuat perkiraan keadaan (Kirka).

Kesimpulan.
Tawuran merupakan bahaya laten dalam masyarakat yang setiap saat bisa muncul terutama menjelang dan pada saat ada peristiwa politik seperti pemilukada. Untuk menghilangkan terjadinya tawuran, maka kenali penyebab tawuran melalui penelitian. Kemudian pecahkan akar masalahnya dan ajak tokoh-tokoh masyarakat, agama dan pemimpin informal untuk berperan dalam memecahkan tawuran.

Untuk meminimalisir terjadinya tawuran, maka harus dilakukan lima hal yaitu deteksi dini, lakukan pembinaan berkelanjutan, ajak para tokoh masyarakat, agama dan pemimpin informal untuk berpatisipasi menjaga keamanan. Terakhir, harus ditingkatkan kerjasama Kepolisian, TNI dan Pemerintah Daerah dan memaksimalkan kerja intelejen untuk melakukan deteksi dini. Pecahkan penyebab tawuran secara bertahap dan berkesinambungan.

Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial adalah merupakan suatu mekanisme untuk mencegah penyimpangan sosial serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku. Dengan adanya pengendalian sosial yang baik diharapkan mampu meluruskan anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang atau membangkang.

Pengertian pengendalian sosial menurut para sosiolog, antara lain sebagai berikut:

Bruce J. Cohen
Pengendalian sosial adalah cara-cara atau metode yang digunakan untuk mendorong seseorang agar berperilaku selaras dengan kehendak kelompok atau masyarakat luas tertentu.

Horton
Pengendalian sosial adalah segenap cara dan proses yang ditempuh oleh sekelompok orang atau masyarakat, sehingga para anggotanya dapat bertindak sesuai harapan kelompok atau masyarakat.

Joseph S. Roucek
Pengendalian sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana ataupun tidak terencana yang mengajarkan, membujuk atau memaksa individu untuk menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai kelompok.

Peter L. Berger
Pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan oleh masyarakat untuk menertibkan anggota-anggotanya membangkang.

Rifhi Siddiq
Pengendalian sosial adalah suatu cara maupun metode yang dilakukan kepada individu ataupun kelompok agar perilaku dan tindakannya sesuai dengan nilai dan norma sosial yang dianut masyarakat tersebut.

Soetandyo Wignyo Subroto
Pengendalian sosial adalah sanksi, yaitu suatu bentuk penderitaan yang secara sengaja diberikan oleh masyarakat.


Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian sosial adalah proses yang digunakan oleh seseorang atau kelompok untuk memengaruhi, mengajak, bahkan memaksa individu atau masyarakat agar berperilaku sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, sehingga tercipta ketertiban di masyarakat.


Macam-Macam Pengendalian Sosial

Berdasarkan Sifat
Berdasarkan sifat, pengendalian sosial dapat dibedakan menjadi tiga, berikut ini:

Tindakan Preventif
Pengendalian sosial yang bertujuan untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma sosial. Contohnya, guru menasihati murid agar tidak terlambat datang ke sekolah.

Tindakan Represif
Pengendalian sosial yang bertujuan untuk mengembalikan keserasian yang pernah terganggu karena terjadinya suatu pelanggaran dengan cara menjatuhkan sanksi sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Contohnya, sanksi skors diberikan kepada siswa yang sering melanggar peraturan.

Tindakan Kuratif
Pengendalian sosial bersifat kuratif adalah pengendalian sosial yang dilakukan pada saat terjadi penyimpangan sosial. Contohnya, seorang guru menegur dan menasihati siswanya karena ketahuan menyontek pada saat ulangan.

Berdasarkan Cara atau Perlakuan Pengendalian Sosial:

Tindakan Persuasif
Pengendalian sosial yang dilakukan tanpa kekerasan misalnya melalui cara mengajak, menasihati atau membimbing anggota masyarakat agar bertindak sesuai dengan nilai dan norma masyarakat. Cara ini dilakukan melalui lisan atau simbolik. Contoh pengendalian sosial melalui lisan yaitu dengan mengajak orang menaati nilai dan norma dengan berbicara langsung menggunakan bahasa lisan, sedang pengendalian secara simbolik dapat menggunakan tulisan, spanduk dan iklan layanan masyarakat. Contoh pengendalian sosial persuasif secara lisan adalah seorang ibu menasehati anaknya yang akan pergi ke sekolah agar tidak terlibat tawuran atau melakukan perbuatan yang tidak sesuai nilai dan norma. Sedang contoh cara pengendalian sosial simbolik misalnya pemerintah daerah menghimbau masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungan, cara yang dilakukan pemerintah daerah dengan memasang spanduk di tempat tertentu yang dapat dibaca oleh masyarakat.

Tindakan Koersif
Pengendalian sosial yang dilakukan dengan menggunakan paksaan atau kekerasan, baik secara kekerasan fisik atau pun psikis. Contoh pengendalian sosial koersif adalah penertiban pedagang kaki lima di trotoar jalan yang dilakukan oleh satuan polisi pamong praja atau Satpol PP dengan cara membongkar dan merusak tempat berniaga dan mengangkut barang-barang milik pedagang. Sehingga timbul kerusuhan bahkan ada yang menimbulkan korban jiwa. Contoh lain pengendalian sosial dengan cara koersif adalah hukuman penjara, denda, pengusiran atau pengucilan. Pengendalian sosial koersif sebaiknya merupakan langkah terakhir yang digunakan untuk mengendalikan perilaku menyimpang karena seringkali menimbulkan reaksi negatif.

Berdasarkan Pelaku Pengendalian Sosial:

Pengendalian pribadi
Yaitu pengaruh yang datang dari orang atau tokoh tertentu (panutan). Pengaruh ini dapat bersifat baik atau pun buruk.

Pengendalian institusional
Yaitu pengaruh yang ditimbulkan dari adanya suatu institusi atau lembaga. Pola perilaku lembaga tersebut tidak hanya mengawasi para anggota lembaga itu saja, akan tetapi juga mengawasi dan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di sekitar lembaga tersebut berada. Misalnya kehidupan para santri di pondok pesantren akan mengikuti aturan, baik dalam hal pakaian, tutur sapa, sikap, pola pikir, pola tidur, dan sebagainya. Dalam hal ini, pengawasan dan pengaruh dari pondok pesantren tersebut tidak hanya terbatas pada para santrinya saja, namun juga kepada masyarakat di sekitar pondok pesantren.

Pengendalian resmi
Yaitu pengendalian atau pengawasan sosial yang dilakukan oleh lembaga resmi negara sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan sanksi yang jelas dan mengikat. Pengendalian resmi dilakukan oleh aparat negara, seperti kepolisian, satpol PP, kejaksaan, ataupun kehakiman untuk mengawasi ketaatan warga masyarakat terhadap hukum yang telah ditetapkan.

Pengendalian tidak resmi
Yaitu pengendalian atau pengawasan sosial yang dilakukan tanpa rumusan aturan yang jelas atau tanpa sanksi hukum yang tegas. Meskipun demikian, pengendalian tidak resmi juga memiliki efektivitas dalam mengawasi atau mengendalikan perilaku masyarakat. Hal ini dikarenakan sanksi yang diberikan kepada pelaku penyimpangan berupa sanksi moral dari masyarakat lain, misalnya dikucilkan atau bahkan diusir dari lingkungannya. Pengendalian tidak resmi dilakukan oleh tokoh masyarakat, tokoh adat, ataupun tokoh agama yang memiliki kharisma dan dipandang sebagai panutan masyarakat.

Bentuk-Bentuk Pengendalian Sosial
Banyak sekali bentuk-bentuk pengendalian sosial yang dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah terjadinya perilaku menyimpang.

Gosip
Gosip sering juga diistilahkan dengan desas-desus. Gosip merupakan memperbincangkan perilaku negatif yang dilakukan oleh seseorang tanpa didukung oleh fakta yang jelas. Gosip tidak dapat diketahui secara terbuka, terlebih-lebih oleh orang yang merupakan objek gosip. Namun demikian gosip dapat menyebar dari mulut ke mulut sehingga hampir seluruh anggota masyarakat tahu dan terlibat dalam gosip. Misalnya gosip tentang perselingkuhan yang dilakukan oleh Si A dengan Si B. gosip seperti ini dalam waktu singkat akan segera menyebar. Warga masyarakat yang telah mendengar gosip tertentu akan terpengaruh dan bersikap sinis kepada orang yang digosipkan. Karena sifatnya yang laten, biasanya orang sangat menjaga agar tidak menjadi objek gosip.

Teguran
Teguran biasanya dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang atau sekelompok orang yang dianggap melanggar etika dan/atau mengganggu kenyamanan warga masyarakat. Teguran merupakan kritik sosial yang dilakukan secara langsung dan terbuka sehingga yang bersangkutan segera menyadari kekeliruan yang telah diperbuat. Di dalam tradisi masyarakat kita teguran merupakan suatu hal yang tidak aneh lagi. Misalnya teguran terhadap sekelompok pemuda yang begadang sampai larut malam sambil membuat kegaduhan yang mengganggu ketentraman warga yang sedang tidur, teguran yang dilakukan oleh guru kepada pelajar yang sering meninggalkan pelajaran, dan lain sebagainya.

Sanksi/Hukuman
Pada dasarnya sanksi atau hukuman merupakan imbalan yang bersifat negatif yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang yang dianggap telah melakukan perilaku menyimpang. Misalnya pemecatan yang dilakukan terhadap polisi yang terbukti telah mengkonsumsi dan mengedarkan narkoba, dan lain sebagainya. Adapun manfaat dari sanksi atau hukuman antara lain adalah:
(1) untuk menyadarkan seseorang atau sekelompok orang terhadap penyimpangan yang telah dilakukan sehingga tidak akan mengulanginya lagi, dan
(2) sebagai peringatan kepada warga masyarakat lain agar tidak melakukan penyimpangan.

Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar mencapai taraf kedewasaan. Melalui pendidikanlah seseorang mengetahui, memahami, dan sekaligus mempraktekkan sistem nilai dan sistem norma yang berlaku di tengah-tengah masyarakat.

Agama
Agama mengajarkan kepada seluruh umat manusia untuk menjaga hubungan baik antara manusia dengan sesama manusia, antara manusia dengan makhluk lain, dan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan yang baik dapat dibina dengan menjalankan segala perintah Tuhan dan sekaligus menjauhi segala larangan-Nya. Melalui agama ditanamkan keyakinan bahwa melaksanakan perintah Tuhan merupakan perbuatan baik yang akan mendatangkan pahala. Sebaliknya, melanggar larangan Tuhan merupakan perbuatan dosa yang akan mendatangkan siksa. Dengan keyakinan seperti ini, maka agama memegang peranan yang sangat penting dalam mengontrol perilaku kehidupan manusia.


Sumber:



UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK

TEKNIK INFORMATIKA ‘12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar