Hubungan Imigrasi Terhadap Ekonomi
Ekonomi adalah
sebuah kata yang sudah tidak asing lagi di telinga manusia sebagai mahluk
sosial yang berusaha mencari nafkah untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan
juga kebutuhan hidup keluarganya. Hampir semua persoalan manusia tidak jauh dan
tidak terlepas dari kegiatan ekonomi. Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial
yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi,
distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Istilah “ekonomi” berasal
dari bahasa Yunani “oikos” yang berarti “keluarga, rumah tangga” dan “nomos” yang berarti
“peraturan, aturan, hukum” dan secara garis besar diartikan sebagai “aturan
rumah tangga” atau “manajemen rumah tangga”. Dengan demikian erat kaitannya
ekonomi dengan manusia karena manusia secara langsung dan tidak langsung menerapkan
ekonomi di dalam kehidupannya sehari-hari dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Banyak cara manusia
dalam usahanya mendapatkan uang atau pun meningkatkan perekonomiannya, salah
satunya adalah dengan bekerja. Manusia sejak kecil diberi pendidikan dengan
maksud dapat menjadi bekal untuk bekerja ketika dewasa. Namun kenyataanya tidak
sedikit orang yang putus sekolah karena mereka tidak mampu secara materi.
Akibatnya mereka mencari pekerjaan yang memang tidak memerlukan pendidikan akhir
yang tinggi. Jika mereka tidak bisa mendapatkan pekerjaan, mungkin mereka akan mengemis
atau mengamen. Hal itu jelas membuktikan bahwa manusia akan melakukan apapun
demi mendapatkan uang untuk dapat menghidupi dirinya atau pun keluarganya.
Karena mau tidak mau, apapun itu, akan selalu berhubungan dengan uang. Semua
membutuhkan uang. Secara tidak langsung, pendidikan juga berpengaruh dalam
penentuan pekerjaan yang nantinya akan mereka dapat. Walaupun ada juga orang
yang tidak mengenyam sekolah sampai tinggi, karena mereka sangat ulet dan
gigih, mereka bisa sukses. Sayangnya hal ini tidak terjadi pada setiap orang
yang putus sekolah atau bagi mereka yang hanya mengenyam pendidikan rendah.
Cara lain dalam
untuk meningkatkan perekonomian adalah dengan meminjam. Manusia meminjam uang
untuk modal awal mereka. Peminjaman yang mereka lakukan dapat ke bank ataupun
rentenir. Itu tergantung dengan berapa yang akan mereka pinjam dan barang apa
yang dapat mereka berikan sebagai jaminan atas uang yang akan mereka dipinjam.
Ada kalanya manusia dapat sukses dan dapat mengembalikan uang pinjaman modal
awal mereka. Namun ada juga manusia yang sudah berusaha semampunya namun
manusia itu tidak dapat mengembangkan usahanya dan akhirnya tidak bisa
mengembalikan uang pinjaman mereka dan bangkrut. Hal ini acap kali terjadi di
dalam kehidupan kita sehari-hari. Bahkan jika sampai pada batas yang tidak bisa
mereka kendalikan, sampai bunuh diri.
Manusia juga dapat
melakukan usaha jual beli dalam rangka pemenuhan ekonominya. Dikatakan demikian
karena dengan menjual barang, manusia dapat mendapatkan uang. Jual beli ini
dapat dilakukan dengan mudah di masa sekarang ini. Mulai dari berjualan di
pasar dengan sistem tawar-menawar sampai berjualan online melalui internet.
Dengan kemajuan teknologi yang sudah modern manusia dapat dengan mudah
melakukan transaksi sekalipun berjarak jauh. Tidak harus bertatap muka, manusia
juga dapat mengirimkan uangnya melalui bank. Hal ini memudahkan manusia dalam
menjalankan ekonominya.
Dewasa ini banyak
kejadian di luar kuasa manusia yang tidak bisa diprediksi secara tepat oleh
manusia, seperti bencana alam. Kejadian itu datang dan kadang kala memberikan dampak
yang sangat terasa bagi kehidupan manusia. Ambil saja contohnya seperti gempa
27 Mei silam yang melanda daerah Bantul dan Yogyakarta. Gempa tersebut memakan
banyak korban dan juga memberikan dampak besar bagi perekonomian masyarakat di
daerah tersebut. Di Kasongan misalnya, banyak kios yang rubuh akibat gempa,
dagangan pun tidak bisa diselamatkan. Dan memang hal ini bukan salah manusia.
Mereka yang menjadi korban harus bangkit sendiri. Memulai semuanya lagi dari
awal. Tidak hanya itu, kota Yogyakarta yang pariwisatanya dikenal bagus, jadi
lumpuh untuk sementara. Hal ini jelas mengakibatkan mereka masyarakat menengah
dan kecil yang menggantungkan hidupnya pada para wisatawan yang berkunjung ke Jogja
menjadi kelimpungan. Sementara mereka belum bisa mengembalikan perekonomian
mereka, pengeluaran akan terus berjalan dan semakin membengkak karena memang
kebutuhan hidup yang tidak bisa ditunda, seperti halnya untuk urusan makan.
Contoh yang lain
adalah seperti pada saat letusan gunung Merapi yang belum lama ini terjadi dan
dampaknya masih bisa dirasakan sampai saat ini. Beberapa kali lahar dingin datang
dan membuat masyarakat yang terkena dampaknya harus kehilangan rumah. Sementara
mereka memiliki keluarga yang harus diberi tempat tinggal dan tempat perlindungan.
Pada saat kejadian pun, mereka tidak sempat untuk menyelamatkan barangbarang berharga
mereka. Ini adalah contoh dampak ekonomi yang dikarenakan factor bencana alam.
Dalam keadaan
demikian, manusia yang seharusnya mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya jadi tidak bisa lagi melakukan hal itu di daerahnya. Dan bisa jadi manusia
melakukan migrasi dalam rangka mencari sesuatu yang tidak lagi didapatkannya di
daerah asalnya. Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan menetap dari
suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal)
atau batas politik atau negara (migrasi internasional). Dengan kata lain
migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah
(negara) ke daerah (negara) lain. Arus migrasi ini berlangsung sebagai
tanggapan terhadap adanya perbedaan pendapatan antara kota dan desa. Namun
pendapatan yang dimaksud bukanlah pendapatan aktual, melainkan penghasilan yang
diharapkan (expected income).
Dapat dikatakan
bahwa salah satu faktor yang menarik perhatian manusia untuk melakukan migrasi
ke daerah lain adalah faktor ekonomi. Dengan migrasi, manusia akan menemukan
sebuah komunitas baru. Manusia akan kembali melakukan sosialisasi terhadap lingkungannya
yang baru. Sosialisasi merupakan sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan
atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah
kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori
mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang
harus dijalankan oleh individu. Hal tidak mudah bagi mereka yang memang kurang
bisa bersosialisasi dengan baik di masyarakat. Padahal banyak keuntungan yang
dapat diperoleh dari sosialisasi. Manusia akan bisa mendapatkan banyak koneksi
(link) untuk mendapatkan
banyak informasi yang menguntungkan diri mereka. Seperti halnya pekerjaan.
Apabila mereka bermigrasi ke suatu daerah dalam rangka mencari pekerjaan, maka
dengan memiliki koneksi dengan orang lain maka mereka bisa mendapatkan banyak
informasi mengenai pekerjaan yang dapat membantu mereka.
Migrasi membuat
manusia harus mengenal kembali lingkungan baru mereka seperti halnya mereka
mulai mengenal lingkungan tempat tinggal mereka yang dulu. Apabila mereka sudah
mendapatkan sesuatu yang mereka butuhkan di lingkungan baru mereka, maka mereka
akan menempati lingkungan tersebut dalam waktu yang relatif lama. Seperti yang
sudah disebutkan di atas, manusia mencari penghasilan yang menurut mereka
sesuai sampai bermigrasi ke daerah yang menurut mereka menjajikan, maka mereka
akan membutuhkan waktu yang tidak singkat untuk dapat mengumpulkan uang.
Sewaktu-waktu mereka mengirimkan sebagian dari hasil pendapatan mereka untuk
keluarga mereka di daerah asalnya. Hal ini menjadi salah satu faktor yang terus
menjadi tali di antara mereka yang bertempat tinggal di tempat yang berbeda.
Namun, ada sebagian
dari mereka yang sudah sukses di daerah lain, mereka tidak mau kembali ke
daerah asalnya karena mereka sudah merasa nyaman dengan kehidupannya. Contoh
lain dari kasus ini adalah jika ada seorang mahasiswa ataupun pelajar yang bersekolah
di luar daerahnya, contohnya mahasiswa Aceh yang belajar di Jakarta. Pada awalnya
memang mereka hanya ingin belajar, namun lama-kelamaan mereka menjadi semakin
betah. Mereka mendapatkan pekerjaan yang menurut mereka memberikan pendapatan
yang cukup dan membuat mereka tidak ingin kembali ke daerah asal mereka, yaitu
di Aceh. Namun jika kita telaah lebih jauh lagi, mereka akan sangat berguna
bagi Aceh dilihat dari kurangnya sumber daya manusia yang ada di Aceh. Dan jika
hal demikian terus terjadi, maka sumber daya manusia yang ada di Aceh akan
semakin menipis.
Migrasi ini bisa
mengakibatkan hubungan yang tadinya dekat menjadi jauh apabila tidak ada kontak
ataupun komunikasi yang terjalin antara manusia satu dengan manusia lainnya.
Jika seseorang bekerja di luar daerah, maka secara tidak langsung dia sudah
tidak dekat lagi dengan keluarganya yang dari daerah asalnya. Namun sekarang
ini teknologi sudah modern, manusia dapat menggunakan handphone, e-mail, maupun media
elektronik lainnya. Manusia dapat dengan mudah berkomunikasi dengan adanya
benda-benda tersebut. Namun akan berbeda jika seseorang belum memiliki handphone ataupun belum
tahu-menahu tentang e-mail. Mereka yang tidak tahu itu biasanya benar-benar dari desa yang
baru pertama kali pergi ke kota. Dikatakan jika mereka yang bermigrasi ke luar
daerah untuk mencari pekerjaan tidak lagi dekat dengan keluarganya dari daerah
asalnya adalah karena biasanya hubungan mereka di desa lebih dekat.
Keluarga di desa
cenderung terkenal saling gotong royong dan memiliki jiwa social yang tinggi.
Dan sistem kekerabatan merupakan sebuah jaringan luas dalam hubungannya antara
manusia satu dengan manusia lainnya. Hal itu dapat mencakup sebuah keluarga maupun
kerabat. Tidak hanya yang kandung saja, namun dapat juga sepupu ataupun orang lain
yang sudah dianggap sebagai keluarga sendiri. Sistem kekerabatan memiliki
cakupan luas yang dapat berbentuk individu maupun kelompok, keluarga inti,
maupun keluarga luas. Keluarga inti yang dimaksud adalah ayah, ibu, dan anak.
Dan keluarga luas yang dimaksud adalah mereka yang masih dalam satu garis
keturunan, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan lain sebagainya. Dikatakan
sebuah jaringan luas karena antara individu satu dengan yang lain memiliki
teman atau kerabat yang berbeda yang memiliki banyak link untuk dapat mencari berbagai
informasi. Hal ini sangat menguntungkan bagi mereka yang memiliki hubungan baik
dengan keluarga luas mereka.
Adapun manfaat yang
diperoleh dari memiliki hubungan baik dengan keluarga luas adalah jika
seseorang sedang mencari pekerjaan, maka dia akan mudah menemukan banyak informasi
tentang lowongan pekerjaan melalui saudara maupun kerabatnya. Selain itu, bias juga
bila seseorang mengincar sebuah bidang, anggap saja pekerjaan itu adalah di
bidang pemerintahan, bukan tidak mungkin jika memiliki orang dalam, dia akan
bisa mendapatkan pekerjaan itu dengan lebih mudah. Atau mungkin jika seseorang
sudah mendapatkan pekerjaan dan ternyata dia merasa belum puas dengan jabatan
yang sekarang dimilikinya, dia bisa meminta tolong kerabatnya yang kebetulan
jabatannya lebih tinggi untuk bisa menaikkan jabatannya. Hal ini tentu lebih
memudahkan manusia.
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa migrasi dalam rangka mencari pekerjaan dapat lebih
mudah melalui jaringan sistem kekerabatan yang nantinya akan dapat membantu manusia
dalam memudahkan perekonomian mereka. Dapat dikatakan sedemikian rupa karena pada
penelitian Paninggaran di desa Notogiwang dusun Rowadi memang terjadi hal
seperti itu. Pekalongan merupakan sebuah kota kecil yang terkenal dengan batik
pekalongannya. Kota yang masih belum terlalu berkembang pesat seperti di
kota-kota besar lainnya. Dan Dusun Rowadi merupakan salah satu dusun yang
terletak di desa Notogiwang. Dusun ini memang cukup terpencil karena letaknya
jauh dari kabupaten. Untuk mencapai dusun Rowadi, anda harus menempuh jarak
yang cukup jauh (kira-kira 45 menit untuk sampai) dengan menaiki doplak yang
tidak lain adalah angkutan umum di daerah ini. Doplak merupakan sebuah mobil
bak terbuka yang diberi kayu pada bagian tengahnya untuk duduk. Tidak hanya
manusia yang menaiki kendaraan tersebut, terkadang warga membawa sapi ataupun
kambing ke kota juga menggunakan kendaraan ini. Namun bila mereka akan membawa binatang
mereka, kayu yang tadinya diletakkan di tengah akan disingkirkan.
Kembali pada dusun
Rowadi. Dusun ini memang cukup unik. Bila anda datang ke dusun ini, anda akan
melewati sebuah jembatan yang kecil dan hanya bisa dilewati oleh motor saja.
Jembatan ini dinamai jembatan putus oleh warga sekitar karena memang dulunya di
sini ada jembatan, namun karena faktor bencana alam (longsor) maka jembatan ini
pun akhirnya putus. Warga di desa ini mayoritas beragama Islam, dan memang
hampir seratus persen warganya menganut agama Islam. Hanya ada satu warganya
yang beragama non Islam. Di dusun ini terdapat beberapa masjid yang letaknya
berdekatan. Hampir semua masjid-masjid itu memiliki beduk dan warganya lebih
memilih untuk menjalankan sholat di masjid secara berjamaah daripada sholat di
rumah.
Mata pencaharian
warganya ada yang sebagai pembuat reyeng dan mayoritas adalah petani. Reyeng
adalah tempat ikan pindang yang terbuat dari anyaman bambu. Reyeng yang dibuat
dihargai dua puluh lima ribu rupiah per seribu buah. Sebagian besar dari
warganya memiliki ladang dan sawah yang letaknya cukup jauh dari tempat tinggal
mereka. Ladang yang mereka miliki ditanami tanaman seperti cabai, singkong,
teh, kopi, cengkeh, mlinjo, pohon-pohon besar, dan tanaman lainnya yang dapat
mereka gunakan sebagai bahan makanan mereka. Pohon-pohon besar yang ditanam
nantinya mereka jual dengan harga lima juta rupiah per satu buahnya. Sedangkan
hasil ladang seperti teh dan cengkeh mereka jual ke pasar. Sekalinya mereka
panen cengkeh atau teh, mereka bisa meraup uang sebesar tujuh belas juta
rupiah. Angka yang cukup besar. Sawah yang mereka miliki biasanya mereka tanami
padi ataupun jagung. Panen padi mereka jual ke pasar dan sisanya mereka
pergunakan untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Dengan memanfaatkan hasil ladang
yang mereka miliki, mereka tidak perlu repot-repot untuk pergi ke pasar karena
memang jarak yang ditempuh untuk mencapai pasar cukup jauh. Di dusun ini juga
terdapat tiga buah penggilingan padi yang biasanya digunakan untuk menggiling
padi menjadi beras. Setiap satu kilo penggilingan padi dihargai dua ratus lima
puluh rupiah. Cukup murah dan terjangkau bagi warga sekitar.
Anak-anak SD
mendapatkan pendidikan atau sekolah gratis di dusun ini. Remajanya melanjutkan
sekolah (SMP dan SMA) di desa sebelah dan untuk jenjang yang lebih tinggi
seperti tingkat universitas mereka memilih untuk kuliah di kota Pekalongan.
Usia nikah di dusun ini masih terbilang sangat muda. Perempuan yang sudah lulus
SD cenderung tidak melanjutkan ke SMP. Biasanya mereka akan langsung dijodohkan
dan menikah dengan lakilaki yang masih satu desa atau bekerja sebagai pembantu
rumah tangga di Jakarta. Untuk anak laki-laki, setelah mereka lulus SMA,
kebanyakan dari mereka tidak mau menjadi petani dan lebih memilih untuk bekerja
sebagai pedagang di Jakarta. Keinginan mereka (baik lakilaki ataupun perempuan)
untuk bekerja di Jakarta adalah karena mereka melihat jika di Jakarta potensi lapangan
pekerjaannya untuk mendapatkan uang lebih besar. Jika mereka di dusun Rowadi,
mereka akan menjadi petani seperti orang tuanya. Namun kenyataannya mereka
lebih memilih untuk bermigrasi ke Jakarta untuk mencari uang.
Sesekali mereka
pulang ke kampung halaman, seperti pada saat Lebaran ataupun hari besar lainnya
yang memungkinkan mereka untuk kembali ke kampong halaman. Untuk setiap bulannya
mereka menyisihkan uang dari penghasilannya untuk dikirim ke keluarganya yang ada
di kampung. Dan tidak sedikit dari mereka yang menemukan jodoh di Jakarta. Jika
mereka menemukan jodoh, mereka akan menikah dan cenderung akan menetap di
daerah yang dekat dengan tempat di mana mereka bekerja. Dan jika mereka sudah
sukses bekerja di Jakarta, biasanya mereka mengajak saudara ataupun
teman-temannya yang ada di kampong untuk ikut bersama mereka. Mungkin ini salah
satu faktor yang menyebabkan kota Jakarta semakin padat.
Mereka memanfaatkan
hubungan kekerabatan untuk mendapatkan pekerjaan di Jakarta. Dan nyatanya
memang hal itu menguntungkan bagi mereka. Mereka dapat memperbaiki perekonomian
mereka dengan migrasi ke Jakarta dan memiliki penghasilan yang menurut mereka
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Karena sampai pada saat ini proses
seperti itu masih berlangsung di dusun ini, Dusun Rowadi, desa Notogiwang, Pekalongan.
Sumber:
UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK
TEKNIK INFORMATIKA ‘12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar