Selasa, 30 April 2013

Kerukunan Antar Umat Beragama Tidak Harmonis

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

PENDAHULUAN
Kerukunan (dari ruku, bahasa Arab, artinya tiang atau tiang-tiang yang menopang rumah; penopang yang memberi kedamain dan kesejahteraan kepada penghuninya) secara luas bermakna adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antar semua orang walaupun mereka berbeda secara suku, agama, ras, dan golongan. Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidakrukunan; serta kemampuan dan kemauan untuk hidup berdampingan dan bersama dengan damai serta tenteram. Langkah-langkah untuk mencapai kerukunan seperti itu, memerlukan proses waktu serta dialog, saling terbuka, menerima dan menghargai sesama, serta cinta-kasih.Masyarakat dan bangsa Indonesia, dilihat dari segi adat istiadat, bahasa, suku bangsa dan agama yang dianutnya adalah merupakan masyarakat majemuk. Merupakan sebuah kenyataan bahwa di negeri ini telah tumbuh dan berkembang 6 (enam) agama, yaitu : Islam, Kristen/Protestan, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Kemajemukan ini, pada satu sisi merupakan sebuah potensi, yang apabila dapat dikelola dengan baik, akan menjadi sebuah kekuatan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan dan kemajuan masyarakat dan bangsa. Namun, pada sisi yang lain kemajemukan juga menyimpan potensi konflik apabila kita tidak bisa mengelolanya dengan baik

PEMBAHASAN
Persamaan membangun kerukunan antar umat beragama tidak bisa dibantah bahwa, pada akhir-akhir ini ketidak harmonisan antar dan antara umat beragama yang di picu karena bangkitnya fanatisme keagamaan menghasilkan berbagai ketidakharmonisan di tengah-tengah hidup dan kehidupan berbangsa,bernegara,dan bermasyarakat. Oleh sebab itu, perlu orang-orang yang menunjukkan diri sebagai manusia beriman dan beragama dengan taat, namun berwawasan terbuka,toleran,rukun dengan mereka yang berbeda agama. Disinilah letak salah satu peran umat beragama dalam rangka hubungan antar umat beragama, yaitu mampu beriman dengan setia dan sungguh-sungguh, sekaligus tidak menunjukkan fanatik agama dan fanatisme keagamaan. Dibalik aspek perkembangan agama-agama, ada hal yang penting pada agama yang tidak berubah, yaitu credo atau pengakuan iman. Credo merupakan sesuatu khas, dan mungkin tidak bisa dijelaskan secara logika, karena menyangkut iman atau percaya kepada sesuatu di luar jangkauan kemampuan nalar manusi. Dan seringkali Credo tersebut menjadikan umat agama-agama melakukan pembedaan satu sama lain. Dari pembedaan, karena berbagai sebab bisa berkembang menjadi pemisahan,salah pengertian,beda persepsi, dan lain sebagainya kemudian berujung pada konflik.

Di samping itu, hal-hal lain seperti pembangunan tempat ibadah, ikon-ikon atau lambang keagamaan, cara dan suasana penyembahan atau ibadah, termasuk di dalamnya perayaan keagamaan, seringkali menjadi faktor ketidaknyamanan pada hubungan antar umat beragama. Jika semua bentuk pembedaan serta ketidaknyamanan itu dipelihara dan dibiarkan oleh masing-masing tokoh dan umat beragama, maka akan merusak hubungan antar manusia, kemudian merasuk ke berbagai aspek hidup dan kehidupan. Misalnya, masyarakat mudah terjerumus ke dalam pertikaian berdasarkan agama [di samping perbedaan suku, ras dan golongan]. Untuk mencegah semuanya itu, salah satu langkah yang penting dan harus terjadi adalahkerukunan umat beragama. Suatu bentuk kegiatan yang harus dilakukan oleh semua pemimpin dan umat beragama.

UPAYA  MENCIPTAKAN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
1. Saling tenggang rasa, menghargai, dan toleransi antar umat beragama
2. Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu
3. Melaksanakan ibadah sesuai agamanya
4. Mematuhi peraturan keagamaan baik dalam agamanya maupun peraturan negara atau pemerintah.
5. Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama, serta dengan umat beragama dengan pemerintah
6. Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional.
7. Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif.
8. Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dari seluruh keyakinan plural umat manusia
9. Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi kemanusiaan yang mengarah kepada nilai-nilai ketuhanan
10. Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengan cara menghilangkan rasa saling curiga terhadap pemeluk agama lain.
11. Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu realita dalam kehidupan bermasyarakat.

Definisi agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Kata “agama” berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan. Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya.


Agama di Indonesia
Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa “tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk memilih dan mempraktikkan kepercayaannya” dan “menjamin semuanya akan kebebasan untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya”. Pemerintah, bagaimanapun, secara resmi hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu.
Kebebasan memilih dan mempraktikan kepercayaan ini membuat banyak sekali agama maupun aliran kepercayaan di Indonesia. Maka akibatnya konflik antar golongan pun sulit dielakkan. Beberapa penyebab koflik tersebut adalah seperti berikut:
Tiap agama memiliki sudut pandangnya masing-masing, kadang perbedaan sudut pandang ini dapat memicu suatu konflik.
Kurangnya komunikasi antar golongan yang menyebabkan salah faham seringkali menjadi pemicu konflik.
Provokasi juga menjadi faktor yang paling sering memicu keretakan hubungan antar golongan.
Untuk mencegah konflik antar umat beragama, dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
Dialog terbuka antar agama dapat menjadi solusi agar konflik dapat dihindari. Karna pada dasarnya komunikasi adalah inti dari pencegahan terjadinya salah paham yang dapat menyebabkan konflik. Dengan dialog terbuka kita juga dapat mencari persamaan pandangan antar agama agar keharmonisan dapat tercipta.
Negara tidak memaksa penduduknya untuk memeluk satu agama tertentu. Jadi suatu golongan tidak boleh memaksakan seseorang untuk memeluk kepercayaan dari golongan tersebut.
Semua umat beragama wajib mengikuti hukum yang berlaku di Indonesia.
Sebenarnya semua agama memiliki persamaan konsep, yaitu untuk menciptakan suatu masyarakat yang damai, adil, tenteram, rukun sesuai dengan aturan agama tersebut. Jadi kita sebagai umat beragama harusnya melihat persamaan tersebut, bukan malah mencari perbedaan yang dapat menyebabkan konflik.


Mengapa Terjadi Ketidakharmonisan Antar Umat Beragama
Indonesia adalah bangsa yang majemuk, bahkan Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut Atho’ Mudzhar multikulturalitas bangsa Indonesia ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perbedaan vertikal dan perbedaan horizontal. Perbedaan vertikal ditandai dengan realitas adanya pelapisan sosial atas-bawah dalam struktur kemasyarakan sebagai akibat perbedaan masing-masing individu di bidang politik, ekonomi, sosial dan pendidikan. Sedangkan perbedaan horizontal adalah perbedaan masyarakat berdasarkan kesatuan sosial budaya suku, ras, bahasa, adat-istiadat dan agama.

Multikulturalitas bangsa Indonesia ini bisa diibaratkan pisau bermata ganda. Di satu sisi ia menjadi potensi yang berharga dalam membangun peradaban bangsa, disisi lain apabila tidak dapat dikelola dengan baik, multikulturalitas tersebut akan memunculkan konflik yang mampu menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan disintegrasi bangsa. Perbedaan-perbedaan tersebut akan menjadi beban atau kekayaan tergantung bagaimana cara mengolahnya. Dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika yang telah dicetuskan oleh para founding fathers bangsa ini, diharapkan masyarakat Indonesia dapat hidup bersama berdampingan dalam suasana aman, damai, dan sejahtera.

Sungguhpun demikian, kita juga tidak dapat menutup mata pada adanya kenyataan bahwa dalam kehidupan masyarakat yang plural seringkali terjadinya konflik yang pada akhirnya akan menyebabkan terganggunya stabilitas dan ketidakharmonisan. Di Indonesia seringkali muncul fenomena kekerasan seperti konflik etnis, konflik antar umat beragama, dan konflik lainnya. Salah satu contoh masalah yang dapat kita temui dalam kehidupan beragama yang plural ini adalah kecurigaan dan kesalahfahaman dari satu penganut agama terhadap sikap dan perilaku agama lain, malah juga terhadap sesama penganut agama tertentu. Hilangnya rasa kemanusiaan untuk selalu menghormati hak-hak orang lain, adalah bentuk nyata sebagai bagian dari multikulturalisme itu.

Tidak tidak bisa dibantah bahwa, pada akhir-akhir ini, ketidakerukunan antar dan antara umat beragama yang terpicu karena bangkitnya fanatisme keagamaan menghasilkan berbagai ketidakharmonisan di tengah-tengah hidup dan kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Oleh sebab itu, perlu orang-orang yang menunjukkan diri sebagai manusia beriman dan beragama dengan taat, namun berwawasan terbuka, toleran, rukun dengan mereka yang berbeda agama. Disinilah letak salah satu peran umat beragama dalam rangka hubungan antar umat beragama, yaitu mampu beriman dengan setia dan sungguh-sungguh, sekaligus tidak menunjukkan fanatik agama dan fanatisme keagamaan. Di balik aspek perkembangan agama-agama, ada hal yang penting pada agama yang tak berubah, yaitu credo atau pengakuan iman. Credo merupakan sesuatu khas, dan mungkin tidak bisa dijelaskan secara logika, karena menyangkut iman atau percaya kepada sesuatu di luar jangkauan kemampuan nalar manusia. Dan seringkali credo tersebut menjadikan umat agama-agama melakukan pembedaan satu sama lain. Dari pembedaan, karena berbagai sebab, bisa berkembang menjadi pemisahan, salah pengertian, beda persepsi, dan lain sebagainya, kemudian berujung pada konflik.

Jika di sejumlah daerah terjadi konflik antar umat beragama lantaran dipicu pendirian tempat ibadat, di Nusa Dua Bali justru sebaliknya. Lima tempat Ibadat mulai dari Masjid, Pura, Gereja Katholik dan protestan, hingga Vihara berdiri berdampingan tanpa ada sedikitpun pertikaian, bahkan hal tersebut semakin meningkatkan kerukunan antar umat beragama.

Berdiri di atas tanah seluas 2 hektar, Masjid Ibnu Batutah ini dibangun pada tahun 1994 lalu dan diresmikan 3 tahun setelahnya. Masjid dan 4 tempat ibadat lain di dalam komplek puja mandala ini berdiri atas bantuan PT. BTDC (Bali Tourism Development Centre) yang memberikan bantuan tanah untuk membangun 5 tempat ibadat tersebut.

Alasan dibangunnya komplek Puja Mandala ini karena minimnya tempat Ibadat khususnya umat Muslim di kawasan Nusa Dua. Selain untuk kebutuhan warga muslim sekitar di kawasan Nusa Dua dan sekitarnya, masjid ini juga banyak dikunjungi wisatawan yang hendak menunaikan Ibadah sholat lima waktu di sela-sela liburannya di Bali.

Meski berdampingan dengan tempat Ibadat umat lain, selama ini tidak pernah ada konflik yang disebabkan ketidakharmonisan antar sesama. Bahkan, jika ada kegiatan keagamaan dalam waktu yang bersamaan, umat disini saling berinteraksi satu sama lain untuk mempererat kerukunan.
“Ada nuansa pendidikan di dalam kebersamaan itu, bagaimanapun tempat ibadah yang dibangun dan bentuknya juga relative besar, akhirnya umat itu sering ketemu,” ujar Soleh Wahidin, Ketua Takmir Masjid Ibnu Batutah.
“Umat Islam pada saat hari Jumat dan kebetulan umat katholik juga mengadakan acara, jadi kita sering interaksi,” imbuhnya.
Selain keunikan lokasinya yang berdampingan dengan 4 tempat ibadat lain, keindahan alam di sekitar Masjid Ibnu Batutah menjadi daya tarik tersendiri bagi jama’ah yang berkunjung. Dari atas masjid, jama’ah dapat melihat pemandangan laut bagian selatan pulau dewata.

Ketidakharmonisan Antar Umat Beragama
Keharmonisan antar umat beraga dapat didefinisikan sebagai kerukunan hidup antar manusia yang berbeda keyakinan beragama, dengan cara saling menghormati dan menjaga perasaan setiap umat beragama. dengan cara inilah keharmonisan umat beraga dapat terjaga, tetapi yang sekarang terjadi adalah banyak antar umat beragama yang bercerai berai karena fanatisme terhadap agama yang dianut, sehingga kita harus lebih hati-hati dalam berperilaku dan tutur kata saat bersama umat beragama lain untuk menjaga keharmonisan antar umat beragama.
 
Kita sebagai orang-orang yang ingin selalu memiliki hidup harmonis antar umat beragama harus memegang kuat rasa persaudaraan, persahabatan, dan menghormati antar umat beragama, karna bila sudah terjadi ketidakharmonisan antar umat beragama akan ada konflik perpecahan besar dimuka bumi ini. Karena dengan keharmonisan antar umat beragama dapat menguntungkan satu sama lain dalam segala hal. Dikarnakan manusia itu pada dasarnya makhluk sosial, dalam arti tidak bisa hidup tanpa orang lain / tidak bisa hidup sendiri.
 
Jangan mudah terhasut untuk bercerai berai dengan selalu ingat kerukunan antar umat beragama.

Sumber:

UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK
TEKNIK INFORMATIKA ‘12
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar