Sial,
itu adik gua
Tema :
Rasa penyesalan dalam kehidupan.
Sinopsis :
Seorang berandal memiliki adik yang autis, namun ia
menganggap adiknya tidak berarti sampai akhirnya menyadari betapa berharganya sosok
adik tersebut.
Cerita :
(OUTDOOR, tempat diluar ruangan) Warkop sekitar jam 3
sore, cuaca mendung dengan curah hujan sedang.
Tokoh : Raka, Randi (Kawan 1), Bobi (Kawan 2), Anak autis,
Musuh (Ryan & lainnya)
Raka dan kedua teman berandalnya sedang asyik
nongkrong di warung kopi, mereka membicarakan kembali tentang perkelahian
semalam melawan musuh mereka.
Randi : “Wah gila lu Rak, semalem keren abis lu.. Coba kalo
semalem gak ada polisi dateng pasti udah abis tuh si Ryan..”
Raka : “Ahh biasa aja” (sambil senyum)
Bobi : “Ahh tapi gue masih tetep gak terima, dendam banget
gue ama si Ryan.. Liat nih tangan gue dibikin sampe luka gini, untung ada lu
Rak yang nolong gue”
Randi : “Hha, lu mah emang payah Bob..”
Bobi : “Ah, sialan lu”
Saat hujan Raka dan kedua teman berandalnya melihat
seorang anak autis sedang jalan membawa payung. Namun payungnya tidak digunakan
untuk menutupi kepala, tetapi dia menggunakan payung memegang depannya dan dia
pun pergi untuk melindungi seekor anak kucing yang kehujanan di dekat selokan.
Ditempat lain ada segerombolan anak muda yang melihat hal itu dan
menertawakannya.
Randi: “Eh, liat dah.. Itu anak gila ya, bego banget bawa
payung tapi gak bener, hha” (sambil nunjuk ke luar)
Bobi : “Hahahaha iya tuh, anak siapa sih, bego banget..”
Raka : (Raka melirik sekilas kearah anak tersebut dan hanya terdiam dengan raut wajah yang sedikit
berubah)
Randi : “Begonya sama kaya lu, dipukul malah diem aja.. Katanya
jagoan, ngomong doang lu bisanya..”
Bobi : “Ah, semalemkan ada Raka, gua udah mau bantai, eh si Raka
udah habisin duluan, gua simpen aja tenaga gua”
Randi: “Ahh.. Banyak alesan banget lu..”
Raka : (Raka tertawa cool)
Raka dan kedua teman berandalnya melihat sekumpulan
orang, hingga menyadari bahwa itu musuh mereka yang datang menghampiri dari
kejauhan.
Bobi : “Bro..
Bro.. Bro.. Liat deh, ngapain tuh mereka rame banget, mau demo ya..?”
Randi : “Eh bego, itu kan yang semalem kita gebukin, masa lu gak inget.. Wah cari
mati tuh orang, ayo kita gebukin lagi..”
Raka : (Raka
berdiri)
Bobi : “Gebukin palalu peang, liat mereka rame banget.. Ayo
buruan Rak kita kabur panggil pasukan..”
(sambil menarik Raka untuk melarikan diri)
Raka awalnya tetap ingin melawan tetapi ditarik oleh
kedua teman berandalnya yang berlari pergi untuk memanggil teman-teman mereka,
tetapi Bobi (Kawan 2) terkena lemparan balok dari musuh (Ryan & lainnya), dan diapun terjatuh. Raka yang
tidak terima langsung mengambil balok tersebut dan balik menghadapi gerombolan
musuh, sementara kawannya pergi menyelamatkan diri, tapi apa daya Raka yang seorang diri tidak mampu melawan
gerombolan musuh yang begitu banyak, dan
hingga tanpa disadari sebuah tusukan pisau menancap di rusuk Raka.
Ryan : “Eh rasain nih, itu balesan dari gua yang semalem lu gebukin
gua, lu bakalan mati hari ini.. Jangan harap lu bisa lolos dari gua..”
Raka : “Aaarrgh..” (terjatuh lemah tidak berdaya)
Dari jauh anak yang tadi menyelamatkan kucing pun
berlari ke arah keributan lalu dia memukulkan payung yang masih terbuka ke arah
orang yang menusuk Raka, orang tersebut pun menendang anak autis itu hingga
terjungkal, namun saat ia berusaha
menusuk Raka untuk kedua kalinya, anak
autis tadi datang dan kembali memukulkan payung ke arah tangannya yang memegang
pisau dan hal tersebut menambah kemarahan dari orang yang mencoba menusuk Raka,
anak autis tadipun mendapat tiga kali tusukan di perutnya.
Anak autis : “Aduuuh, sakit, sakit.. Tolooong, aduh, ampun..”
(menutup luka dengan tangan)
Setelah puas menghajar Raka, orang-orang tadi pun
pergi meninggalkan Raka dan anak autis yang sudah terluka parah. Saat anak autis itu sekarat, dia berusaha meraih Raka
dan berteriak meminta tolong. Orang-orang disekitar tempat itu pun mulai
berdatangan dan menolong mereka berdua.
(INDOOR, tempat didalam ruangan) Didalam sebuah ruang
perawatan dirumah sakit.
Tokoh : Raka,
Randi (Kawan 1), Bobi (Kawan 2), perawat
Tit..! Tit..! Tit..! “suara Bedside Monitor” (alat
pendeteksi detak jantung)
Randi: “Gimana suster keadaan teman saya..?”
Perawat : “Keadaannya sudah membaik, silahkan disini saja temani pasien..”
Bobi: “Terima kasih suster..”
Raka tersadar, dengan kebingungan berada di salah satu
ruangan dirumah sakit dikelilingi kedua kawannya. Diapun bertanya, dia dimana dan apa yang terjadi.
Raka : “Gue dimana, kenapa nih gue bisa ada disini..?”
Randi : “Lu sekarang dirumah sakit, Gak usah pikirin apa2, lu
sekarang istirahat aja..”
Bobi: “Tadi ada anak bego yang nyelametin lu..”
Randi : (Menceritakan)
*flashback
Seorang anak berlari menuju keributan tersebut, dia
melihat ada yang terluka lalu dia berusaha menolong dengan cara memukulkan
payung yang terbuka kearah sekumpulan orang yang membuat keributan tersebut.
Hal tersebut memancing kemarahan orang-orang yang mengeroyok tersebut, lalu
anak itu menjadi sasaran kemarahan berikutnya. Dan dia pun mendapat tusukan
pisau pada perutnya yang menyebabkan ia sekarat.
Saat-saat sekarat dia berusaha meraih orang yang
menjadi sasaran pengeroyokan tersebut dan berteriak meminta tolong. Banyak
orang disekitar tempat itu pun mulai berdatangan dan menolong mereka berdua.
Raka : “Anak
itu dimana sekarang, gimana keadaannya sekarang..?”
Randi : “Anak itu gak sempet selamat Rak, sebelum sampe dirumah
sakit anak itu udah meninggal gara-gara pendarahan hebat.. Anak tersebut mendapat
3 tusukan di perut..”
Raka : “Anak yang mana sih..?”
Bobi: “Itu
loh anak bego yang tadi lewat depan warung kopi waktu hujan, dia bawa payung
tapi gak dipake.. Hahahahaha..”
Raka : (Tatapan hampa)
*flashback
Saat hujan ada seorang anak autis sedang jalan membawa
payung, namun payungnya tidak digunakan, tetapi dia meletakan payungnya didepannya
dan dia pun pergi untuk melindungi seekor anak kucing yang kehujanan didekat
selokan. Ditempat lain ada segerombolan anak muda yang melihat hal itu dan
menertawakannya. Namun di antara mereka ada seseorang yang hanya terdiam dengan raut wajah yang sedikit berubah melihat hal itu, dan berkata dalam hati “Sial, itu adik gue”.
End.
Penulis
Abel Pambudi Prabowo
About me:
Facebook 1Facebook 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar